Perbandingan Ternak Lele Bioflok vs Kolam Tanah: Mana yang Lebih Untung untuk Pensiunan?

Irham

Perbandingan Ternak Lele Bioflok vs Kolam Tanah Mana yang Lebih Untung untuk Pensiunan lagioke.net

Sobat Pensiun, kalau sedang mencari usaha yang bisa dikerjakan dari rumah dengan risiko rendah dan hasil cepat, ternak lele pasti sudah masuk dalam daftar pilihan. Tapi muncul satu pertanyaan penting: lebih baik pakai sistem bioflok atau kolam tanah tradisional?

Keduanya sama-sama menguntungkan, tapi punya perbedaan besar dari sisi biaya, efisiensi air, perawatan, dan hasil panen.
Sistem bioflok dikenal modern dan hemat air, sementara kolam tanah sudah terbukti selama puluhan tahun dan mudah dilakukan tanpa alat khusus.

Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2024, produktivitas lele sistem bioflok bisa mencapai 1,2–1,5 kali lebih tinggi dibanding kolam tanah, dengan tingkat kelangsungan hidup ikan hingga 90%. Namun, biaya awal bioflok memang sedikit lebih tinggi karena butuh aerator dan bahan probiotik.

Sementara itu, kolam tanah masih menjadi favorit peternak tradisional karena biaya awalnya rendah dan bahan baku mudah didapat. Kekurangannya, sistem ini lebih boros air dan butuh perawatan lebih sering.

Jadi, sistem mana yang paling cocok untuk Sobat Pensiun yang ingin mulai usaha ternak lele dari rumah?
Yuk, kita bedah satu per satu dengan perbandingan modal, keuntungan, perawatan, dan waktu panennya secara jujur dan realistis.


Dulu: Hanya Ada Kolam Tanah Tradisional

Sebelum teknologi bioflok populer, peternak lele di Indonesia menggunakan kolam tanah atau kolam semen. Metode ini sudah terbukti menghasilkan panen yang stabil, tapi memiliki beberapa kelemahan: air cepat kotor, bau menyengat, dan butuh lahan cukup luas.

Untuk pensiunan yang tinggal di kota atau punya halaman terbatas, model kolam tanah jelas tidak selalu praktis. Maka lahirlah inovasi baru: bioflok, sistem kolam modern dengan sirkulasi oksigen tinggi dan air yang bisa dipakai berbulan-bulan tanpa diganti total.


Sekarang: Bioflok Jadi Pilihan Modern

Kini, sistem bioflok banyak digunakan bahkan di skala rumahan. Selain efisien, bioflok juga bisa diterapkan di lahan kecil, bahkan di area 2×2 meter.
Sementara kolam tanah masih relevan untuk Sobat yang punya lahan luas dan akses air stabil.

Agar lebih mudah membandingkan, berikut tabel lengkap kelebihan dan kekurangan keduanya 👇


Perbandingan Ternak Lele Bioflok vs Kolam Tanah

Aspek Bioflok Kolam Tanah
Lahan Bisa di area kecil (2×2 m) Butuh lahan luas
Modal Awal Rp 3,5 – 5 juta/kolam Rp 1,5 – 3 juta/kolam
Kebutuhan Air Sangat hemat air Boros, sering ganti air
Teknologi Butuh aerator & probiotik Tidak butuh alat listrik
Perawatan Rutin cek oksigen & pH Cukup kuras air berkala
Produktivitas 1,2–1,5 kali lebih tinggi Standar
Panen 2,5–3 bulan 3–3,5 bulan
Tingkat Kematian Ikan Rendah (10–15%) Cukup tinggi (20–30%)
Bau & Limbah Minim bau Lebih bau & kotor
Cocok untuk Rumah perkotaan, lahan kecil Desa, lahan luas
ROI (Per Siklus) 25–35% 20–25%

Simulasi Keuntungan per Siklus (3 Bulan)

🌀 Sistem Bioflok

  • Modal: Rp 3,7 juta
  • Panen: 150–200 kg
  • Harga jual: Rp 25.000/kg
  • Pendapatan: Rp 3,75–5 juta
    ➡️ Keuntungan bersih: ±Rp 1–1,5 juta
    ➡️ ROI: 25–35%

🌿 Kolam Tanah

  • Modal: Rp 2,5 juta
  • Panen: 130–150 kg
  • Harga jual: Rp 24.000/kg
  • Pendapatan: Rp 3,1–3,6 juta
    ➡️ Keuntungan bersih: ±Rp 600 ribu–1 juta
    ➡️ ROI: 20–25%

Kesimpulan

Sobat Pensiun, baik sistem bioflok maupun kolam tanah punya keunggulan masing-masing. Jika Sobat punya lahan kecil di rumah dan ingin sistem yang bersih, modern, serta efisien, maka bioflok adalah pilihan terbaik.
Namun jika tinggal di desa dengan lahan dan air melimpah, kolam tanah masih jadi pilihan ekonomis yang mudah dijalankan.

Perbedaan utama terletak pada efisiensi dan kenyamanan. Bioflok butuh sedikit investasi di awal tapi menghasilkan ikan lebih cepat dan bersih, sementara kolam tanah lebih murah tapi butuh tenaga dan air lebih banyak.

Untuk pensiunan, rekomendasi kami adalah mulai dengan satu kolam bioflok kecil dulu. Setelah berjalan lancar, Sobat bisa tambahkan kolam kedua atau bahkan kombinasikan dua sistem sekaligus — bioflok untuk bibit, dan kolam tanah untuk pembesaran.

Ingat, yang paling penting bukan sistemnya, tapi konsistensi dan kesabaran dalam memelihara.
Dengan semangat yang tenang dan telaten, setiap kolam bisa jadi ladang berkah di masa pensiun. 🌿🐟


FAQ

  1. Apa perbedaan utama bioflok dan kolam tanah?
    Bioflok hemat air & modern, kolam tanah tradisional & alami.
  2. Mana yang lebih hemat biaya?
    Kolam tanah lebih murah di awal, tapi bioflok lebih efisien jangka panjang.
  3. Apakah bioflok cocok di rumah perkotaan?
    Sangat cocok, cukup lahan 2×2 meter.
  4. Apakah bioflok butuh listrik 24 jam?
    Ya, untuk aerator agar oksigen selalu cukup.
  5. Bagaimana jika listrik padam?
    Gunakan aerator cadangan atau generator kecil.
  6. Mana yang lebih cepat panen?
    Bioflok, 2,5–3 bulan. Kolam tanah 3–3,5 bulan.
  7. Mana yang lebih tahan penyakit?
    Bioflok, karena air stabil & bakteri baik menekan penyakit.
  8. Apakah kolam tanah lebih alami?
    Ya, tapi lebih sulit dikontrol kualitas airnya.
  9. Apakah bisa digabung dua sistem?
    Bisa! Bioflok untuk pembibitan, kolam tanah untuk pembesaran.
  10. Sistem mana yang lebih cocok untuk pensiunan pemula?
    Bioflok — lebih bersih, praktis, dan minim bau.

 

Also Read

Tags